09 April 2010

Hambatan Komunikasi di Kelas


Written by Suhartono, S.Pd. Kepala Sekretariat   
Monday, 02 March 2009 17:43

Guru selalu melakukan proses komunikasi di dalam kelas. Ketika Anda akan mengajar, Anda sadar bahwa Anda akan membangun komunikasi dengan peserta didik. Anda sudah tentu akan mempersiapkan bahan-bahan pembelajaran. Namun, ada satu hal yang perlu diperhatikan agar isi pembelajaran Anda dapat dipahami oleh mereka. Apa itu? Memahami hambatan komunikasi. Menurut Husaini Usman (2008:396) terdapat 18 hambatan komunikasi. Nah, coba Anda kenali satu persatu. Siapa tahu, ada diantaranya yang menjadi jawaban mengapa peserta didik saya belum memahami materi yang Anda sampaikan.

1. komunikator menggunakan bahasa yang sukar dipahami.

Pastikanlah guru menggunakan bahasa pengantar yang bisa dipahami oleh peserta didik. Hindari menggunakan istilah yang tidak diketahui peserta didik. Jika ingin menggunakan istilah, jelaskanlah padanannya dengan bahasa yang mudah dipahami. Kadangkala guru akan mudah menjelaskan materi jika dibantu dengan bahasa ibu peserta didik. Untuk mengecek apakah kendala ini tidak ada pada Anda, bisa digunakan pengajuan pertanyaan “ Apakah penjelasan saya mudah dipahami?”

2. perbedaan persepsi akibat latar belakang yang berbeda. Setiap guru dan peserta didik memiliki latar belakang yang berbeda. Itu adalah wajar dan real. Yang perlu dilakukan adalah kesepakatan antara guru dengan peserta didik bahwa inilah tujuan pembelajaran yang ingin kita raih. Oleh karena itu, sampaikanlah tujuan pembelajaran tersebut kepada peserta didik.

3. terjemahan yang salah. Ada kalanya dalam pembelajaran terdapat istilah asing yang belum diketahui oleh guru. Guru jangan merasa malu jika memang belum tahu. Ambillah kamus bahasa Indonesia atau kamus istilah umum atau istilah dalam bidang studi tertentu sebagai sahabat dalam menerjemahkan kata atau istilah yang tidak diketahui.

4. kegaduhan. Noises. Dapat saja ini menjadi faktor penentu materi ajar Anda tidak dipahami. Anda terus menyampaikan materi sementara kegaduhan pun Anda biarkan. Buatlah aturan yang disepakati agar kegaduhan tidak berlangsung tanpa kendali. Tidak apa-apa ada kegaduhan. Namun, jangan dibiarkan terlalu lama. Gaduh untuk jangka waktu 1 menit. Setelah itu, fokus lagi dalam pembelajaran.

5. gangguan fisik (gagap, tuli, buta). Allah SWT menakdirkan bahwa ada hamba-hamba-Nya yang tidak sempurna fisik. Ada yang gagap, tunawicara, tunanetra, dan sebagainya. Terimalah mereka apa adanya. Mereka pasti memiliki potensi unggul lain yang perlu digali. Anda harus siap menerima kenyataan tersebut seraya mencari cara agar tidak terjadi hambatan komunikasi misalnya dengan cara belajar “bahasa” yang mereka dapat pahami.

6. semantik yaitu pesan bermakna ganda. Anda pastilah mengetahui bahwa ada kemungkinan pesan yang dikirim bermakna ganda, lebih dari 1 arti. Inilah salah satu penyebab miscommunication. Contoh “Untuk memahami materi pelajaran tadi, kerjakanlah 10 soal pada buku yang kamu pegang.” Informasi perintah ini tidak jelas. Buku yang mana yang dimaksud? Halaman berapa? Hindari penggunaan kalimat bermakna ganda.

7. belum berbudaya baca, tulis, dan budaya diam. Penyampaian materi pembelajaran Anda agar maksimal perlu ditunjang dengan pelaksanaan budaya yang baik di dalam kelas. Tumbuhkan kebiasaan bahwa ketika Anda menjelaskan, peserta didik memperhatikan. Ketika Anda meminta mereka menjawab, mereka memberikan respons jawaban. Ketika seorang peserta didik sedang menjawab, peserta didik lain diminta menyimak. Jangan sampai sebaliknya, ketika Anda sedang menjelaskan, para peserta didik justru saling berbicara. Ketika mereka disuruh bertanya, tidak satu pun bertanya. Â Bahkan Anda dapat menumbuhkan budaya saling koreksi jawaban antarpeserta didik dapat dilakukan di bawah bimbingan guru.

8. kecurigaan. Agama kita melarang suudzhon atau berburuk sangka pada sesama. Kembangkanlah sikap berbaik sangka apakali semua peserta didik kita adalah muslim dan muslimat. Guru hendaklah berpikir baik atau positif bahwa materi ini bisa dipahami peserta didik. Guru curiga pada anak akan membawa suasana pembelajaran tidak kondusif.

9. teknik bertanya yang buruk. Ternyata guru yang tidak memiliki kemampuan bertanya, tidak akan sanggup menggali pemahaman peserta didik, tidak sanggup mengetahui apa yang dirasakan anak-anak. Oleh karena itu, kembangkan selalu teknik bertanya kepada peserta didik. Tipe pertanyaan “ Sudah mengerti anak-anak?” adalah teknik bertanya yang buruk karena tidak mengukur sejauhmana pemahaman peserta didik. Ingat! Bahwa setiap peserta didik memiliki modalitas belajar yang berbeda-beda.

10. teknik menjawab yang buruk. Nah, bisa jadi kesulitan anak-anak memahami materi yang disampaikan karena sang guru tidak mampu menjawab dengan baik. Pertanyaan bukannya dijawab, melainkan dibiarkan. Pertanyaan justru dijawab tidak tepat. Salah satu teknik menjawab yang buruk adalah guru tidak memberikan kesempatan peserta didik menyelesaikan pertanyaan lalu langsung di jawab oleh guru.

11. tidak jujur. Karakter dasar guru mestilah ditampilkan selama pembelajaran berlangsung dan juga di luar pembelajaran. Guru harus jujur. Jangan bohong. Jujurlah jika memang tidak tahu. Jangan belaga tahu segalanya. Ilmu itu sangat banyak. Sarana memperoleh ilmu pun sangat beragam. Guru adalah salah satu wasilah saja. Oleh karena itu, janganlah menjadi guru kebetulan. Kebetulan guru, maka saya mengajar. Jangan!

12. tertutup. Jika ada guru yang memiliki sikap tertutup atau introvert dalam proses pembelajaran, sebaiknya jangan menjadi guru. Cari profesi lain sebab mana mungkin guru bersikap tertutup selama proses pembelajaran. Padahal dalam proses itu diperlukan kerjasama, keterbukaan, kehangatan, dan keterlibatan.

13. destruktif. Jelas sikap ini akan menjadi penghambat aliran komunikasi. Cegahlah sedini mungkin oleh guru. Jika sikap destruktif itu muncul dari siswa, lakukan segera penanganannya secara bijak atau sesuai prosedur yang berlaku di sekolah.

14. kurang dewasa. Guru memang perlu menyadari sikapnya dalam proses pembelajaran. Bedakan ketika Anda mengajar di kelas TK, SD, SMP, atau SMA. Contoh keliru adalah ketika Anda mengajar di tingkat SMA kelas 12, Anda menggunakan bahasa seperti ini “ Baik, anak-anakku! Sudah selesai tugasnya?” Tentu panggilan “…anak-anakku!” tidaklah tepat karena menganggap peserta didik SMA kelas 12 adalah anak-anak. Coba jika Anda panggil dengan “ Bagaimana sahabat! Sudah selesai tugasnya?”

15. kurang respek. Kurang menghormati. Belajarlah dengan kondisi realitas yang ada. Bahwa peserta didik adalah manusia yang perlu diakui potensinya, perlu diapresiasi kemampuannya sekecil apa pun, perlu diselamatkan dari upaya penghakiman di hadapan rekan-rekannya.  Dapat saja terjadi, peserta didik tidak mampu memahami pembelajaran bukan karena tidak mampu, tetapi ada hambatan psikologi bahwa Anda telah ‘melukai’ perasaannya.

16. kurang menguasai materi. Ini faktor yang sangat jelas. Begitu Anda tidak menguasai materi, itulah hambatan komunikasi Anda. Kompetensi profesional salah satu maknanya adalah Anda menguasai materi secara mendalam bahkan ditambahkan lagi, meluas.

17. kurang persiapan. Salah satu kewajiban guru adalah membuat perencanaan pembelajaran. Bagaimana mungkin pembelajaran dapat optimal jika Anda tidak menyiapkan perencanaan dengan baik. Oleh karena itu, pastikan bahwa Anda telah merencanakan pembelajaran.

18. kebiasaan menjadi pembicara dan pendengar yang buruk. Semua ada ilmunya. Menjadi guru profesional, ada ilmunya. Menjadi guru yang sukses dunia akhirat, ada ilmunya. Menjadi pembicara dan pendengar yang baik pun, ada ilmunya. Oleh sebab itu, jadilah guru yang selalu belajar. Termasuk belajar menjadi pembicara yang baik dan pendengar yang baik.

Demikianlah hambatan-hambatan komunikasi yang mungkin terjadi. Banyak memang. Namun, kenalinya. Siapa tahu ada satu atau beberapa faktor yang selama ini menjadi penghambat komunikasi di kelas. Selamat mempelajari dan menemukenali. (Suhartono)


 

No comments: